Di kala gelap menjelang
Oleh
Ahmad
Mahasiswa fakultas adab dan ilmu budaya
Uin Sunan Kalijaga.
Alam yang tak berembun, gelap mulai menghampiri hanya ada
cahaya-cahaya lampu yang terlihat di sekitar bangunan-bangunan rumah. Jalanan kini mulai tampak sepi hanya terdengar suara
angin yang menghembuskan suara merdu. seolah-olah angin bernyanyi kepada alam
untuk bertasbih kepada sang maha pemiliki kegelapan, di kala malam mulai larut
ada beberapa mata yang belum terpejam mereka masih asyik berkumpul dan mengobrol
kepada sesama mereka di sebuah diskotik malam. Di tengah-tengah keasyikan
mereka, ada sosok seorang pemudah sedang menjalani tugasnya sebagai tukang
parkir.
Di sela kesibukan pemuda itu merapikan kendaraan para pengunjung,
datang sebuah mobil sedan merah di kendarai oleh seorang wanita, dan dengan
sigapnya dia menyapa wanita tersebut.
Cuit....cuit....cuit....
hai cewek.
Keganjenan
deh kamu hend! marah seorang wanita
kepada sang pemuda.
Ah
kamu manis deh kalau lagi marah... Rayuh sang pemuda kepada sang wanita
berpakaian seksi di kala turun dari mobil miliknya.
Wah
mbak Una cantik sekali hari ini? Rayu hendra
Huh..
kamu Hend..! Una yang merasa sedikit malu atas rayuan Hend.
Terkadang Una Lova merasa kesal kepada sang pemuda yang bernama
Hendra pemuda miskin yang hanya memiliki kehidupan pas-passan tanpa kejelasan
siapa dan dari mana dirinya. Pemuda desa ini sering menganggu Una Lova di kala dirinya
sedang mengunjungi tempat malam di mana Hendra sedang bekerja disana, dan
itupun sering di lakukannya kepada una lova di kampus dan tempat lainnya. namun
rasa senangpun terkadang menyelimuti dirinya atas pemuda tersebut, dikarenakan
dirinya sering di puji olehnya.
Jelas kenapa Hendra sering mengganggu una lova sosok wanita cantik,
manis dan kaya itu, semenjak pertama kali
hendra berjumpa dengan una lova dia telah merasakan detak jantung yang
begitu kencangnya, sungguh detakan jantung itu bertanda bahwa hendra telah jatuh
cinta kepada Una lova pada pandangan pertama.
Hendra malam itu sedang bekerja memarkir mobil para pelanggan yang
suka mengunjungi tempat malam di mana dirinya bekerja, hendra sosok pemuda
pekerja keras dan sangat suka berbicara dan berkenalan kepada para pelanggan
yang datang kediskotik tempat dirinya bekerja, tidak luput pula Una. Una sangat
senang dan bahagia mengenal sosok pemuda seperti hendra. Pemuda yang sangat
baik dan memiliki cita-cita besar dalam hidupnya. Tanpa di sadari atau tidak Una
sudah sedikit mengenal sosok pemuda yang bernama Hendra, dimana terkadang una
sering mengobrol dengan dirinya di kampus maupun di tempat Hendra bekerja.
***
Hari-hari berlalu, jalanan yang telah mulai berubah, perluasan-perluasan
wilayah pembangunan yang semakin luas, tembok-tembok besar kini telah terpasang,
semua itu terjadi di kala waktu berlalu, di sadari atau tidaknya oleh akal manusia.
Beriringnya perbuahan tersebut maka cahaya kehidupan terasa mulai meredup,
kehidupan manusia telah mulai di penuhi dengan kepongahan, dan kesombongan atas
apa yang mereka miliki.
Hendra kini mulai merasakan kebahagiaan semenjak kepergiannya dari rumah orang tuanya, apa
yang menjadi keputusannya selama ini tidak salah, walaupun terkadang dia harus
menjalani hari-hari dengan penuh kesulitan. Namun kesulitan itu telah mulai
berubah semenjak dia mengenal sosok Una Lova.
Inilah
kekuatan cinta...! Hendra berbicara kepada dirinya sendiri, tidak menyangka
akan kekuatan cintanya kepada Una membuat Dia lebih bersemngat untuk hidup dan
bekerja untuk menjalani hari-harinya. Dan diapun mulai bersenandung akan atas
nama cinta.
Wahai
Rembulan..
Engkau
adalah gadis perawan...
Cantik,anggun,
namun tampak lemah...
Engkau
hanyalah seonggaok wanita..
Namun
engkau sangatlah kuat, sekuat batu walaupun terlihat lemah.
Engkau
akan mampu menghancurkn sesuatu kekuatan walaupun engkau tanpak biasa.
Kini
kekuatan hatiku mampu engkau kalahkan...
Itu
semua terjadi hanya dengan kekuatan cintamu...
Hendra tidak pernah tahu sebesar apa cintanya kepada Una selama
ini, akan tetapi apapun akan di lakukannya hanya untuk bisa menakhlukkan hati
wanita yang sedang ia cintai. Termasuk dia harus rela menjadi seorang satpam di
diskotik tersebut agar bisa selalu bertemu dengan Una karena diskotik tersebut
tempat yang sering Una kunjungi bersama sahabat-sahabatnya.
Kakak
laper.... sapa seorang bocah kecil kepada
hendra.
Iya
dik bentar... nanti kakak carikan sesuatu yang bisa untuk di makan.
Janji
ya kak...
Ya,
sekarang kalian pulang ya.
Baik.
Tangisan bocah kecil itu membuat rasa resah dan kini mulai
menghantui Hendra, dia berpikir apa yang mesti ia lakukan agar tangisan sang
bocah tersebut berhenti menangis dan tersenyum seperti sedia kala. Hatinya
sedih dan pilu, kini kekuatan cinta itupun tak mampu mengalahi rasa resa yang
ia miliki.
Di kala semua para pengunjung mulai merasa bahagia, berpesta pora bergoyang
sana sini, gemerlaap lampu mewarnai ruangan, semuanya benar-benar dalam
keceriaan yang tiada batas, hiburan-hiburan dari para wanita malam menambah
suasana gemerlap malam menjadi lebih
memanas, puluhan manusia malam itu bersorak-sorak dan berteriak-teriak dengan
kencang, bahkan di antara mereka tidak ada yang tersadar atas apa yang mereka
lakukan atau apa yang akan terjadi kepada mereka malam itu. Di tengah-tengah
keramaian dan kesibukan mereka, Seketika itu pula dengan kecepatan tangan dan
ketangkasan dari sebuah tangan mencuri, mengambil barang salah satu pengunjung
yang sudah mabuk berat.
Setttt............
Hendrapun berhasil mencuri sebuah tas milik perempuan kaya, setelah
aksinya berhasil diapun pergi berlalu tanpa dosa. Tak seorangpun yang sadar
akan apa yang telah di lakukan oleh Hendra malam itu, pemuda berindentitaskan
sebagai satpam di sebuah dikostik, terkenal ramah dan baik adalah seorang
pencuri ulung. Namun karena semuanya terbuai dari rasa mabuk membuat mereka
tidak tahu atas apa yang telah di lakukan oleh Hendra. Namun saat itu ada satu
mata yang tetap terbuka dan tersadarkan dari rasa warasnya.
Di antara berpuluh-puluh
manusia sedang mengalami mabuk yang teramat berat hanya Una yang tetap tersadarkan.
Una hadir di diskotik hanya untuk menemani sahabat-sahabatnya akan tetapi
dirinya tidak pernah merasakan pahitnya rasa bir yang sering dinikmati oleh
kebanyakan orang yang mengunjungi di kostik itu termasuk sahabt-sahabatnya. sehingga
dia menjadi saksi hidup akan kejadian yang baru di lakukan oleh Hendra. Una hanya terdiam dan tidak percaya akan
kejadian yang baru Ia saksikan.
Pemuda yang ia kenal ramah dan sopan, bahkan tak jarang semua
sahabatnya menyebut sebagai seorang ustad yang baik, ternyata adalah seorang pencuri ulung, Una merasakan
kesedihan yang mendalam karena dia percaya dan berharap sosok seperti hendralah
yang akan menjadi pendamping hidupnya, Una sangat berharap sekali agar Hendra menjadi
orang yang sangat ia cintai, menjadi sang imam agar ia segera menjauh dari
kehidupan kelamnya.
Kini semua itu telah sirna dan hanyalah menjadi harapan palsu
belaka baginya. Unapun membenci sosok seperti Hendra pemuda yang kelihatan alim
namun memiliki hati zhalim. Una kemudian tersadarkan dari renungannya kemudian
mengejar Hendra.
Hendra...!
sapa una dari bilik dinding samping dengan nada keras.
Una...!
seketika itupula Hendra terkagetkan akan kehadiran Una, disaat dia sedang sibuk
menghitung uang hasil curiannya itu.
Kamu
brengsek Hend, kelihatan saja kamu baik tapi hati kamu bejat sama seperti yang
lainnya.
Una...
tenang dulu dengerin penjelasan aku.
Penjelasan
apalagi Hend, Saya sudah melihat dengan kepala mata saya sendiri kamu tadi
mencuri tas milik seorang wanita di dalam. saya kecewa kepada kamu Hend, aku
pikir kamu itu pemuda yang baik, yang bisa aku andalkan untuk menjadi imamku.
Hendra
tersadarkan oleh ucapan Una yang tanpa di sadari semua kalimat itu keluar dari
dalam hatinya, ternyata selama ini Una juga memiliki rasa yang sama ia rasakan.
Una saya mohon dengerin penjelasan saya dulu.
Sudah
Hend aku tidak percaya lagi kepada kamu.
Di saat una berpaling hendra memegang tangannya dengan erat dan
terus membuat Una mau mendengarkan penjelasannya. Una masih tetap kepada pendiriannya, sehingga tidak mau mendengarkan atas apa yang
ingin di jelaskan oleh Hendra. Dengan melakukan sedikit perlawanan genggaman Hendra
terlepas. Kini ada kesempatan bagi Una untuk
menjauh dari Hendra namun hal itu tidak ia lakukan, karena di saat kakinya
ingin melangkah saat itu pula telah berdiri sosok anak kecil kurus yang sedang menangis. Melihat
adik kecil itu Una merasa ibah kemarahanpun tiba-tiba saja hilang.
Kakak
Una, kenapa kakak bertengkar dengan kakak Hendra?? Tanya adik kecil sambil
menangis, dirinya menangis bukan di karenakan atas pertengkaran Una dan Hendra namun
tangisan itu terjadi, di karenakan sih bocah kecil merasa kelaparan.
adik
kecil kenapa menangis??? Tanya Una merasa ibah kepada sang bocah.
Kakak
jangan marahan ya dengan kakak Hendra.
Una
masih merasa bingung akan situasi yang sedang ia alami.
Adik
kecil jangan menangis lagi ya! Pinta Una.
Hendra
melihat Una yang amarahnya sudah meredah merasa legah, dan mulai menyapa Una dan
sih bocah kecil.
Sinta
sudah mulai gak tahan lagi laparnya ya?
Tanya Hendra kepada sang bocah.
Ya
kak.
Ini
ada uang kamu cepet pulang sama Roni, ingat uang ini kamu beliin makanan untuk
yang lainnya ya, nanti kakak menyusul.
Una hanya terdiam dan terpaku, bahkan tidak sepata katapun kini ia
ucapkan untuk mengihina ataupun menghakimi hendra, ternyata selama ini yang
hanya dia tahu tentang Hendra tidakalah semuanya, bahkan dia mulai bingung apa
yang harus di ucapkan kepada Hendra, lelaki beberpa detik yang lalu telah ia
caci dan hina.
Hai
una...kenapa bengong!
iya...!
Una merasa kaget dan tersenyum atas sapahan Hendra.
Oh
iya Hend adik kecil tadi itu siapa?
Adik
kecil yang tadi?
Iya,,,,
memang mereka berdua itu siapanya kamu, Hend?
Nah
itu yang ingin aku jelaskan dari tadi. Tapi kamu keburu marah.
Ya
deh maaf.. sesal Una atas emosi yang di lontarkannya.
Itu
adik-adik didikan aku, bahkan mereka tinggal bersama dengan aku.
Jadi itu bukan adik kandungmu?.
Bukanlah,
un..
Mereka
itu adik-adik asuhanku, aku merasa ibah mereka di telantarkan oleh kedua orang
tua mereka, mereka tidak ada yang mendidik, memberikan biaya dan sebagainya.
Oh
begitu...una tersenyum manis kepada Hendra.
Kamu
mau ikut gak? Pinta Hendra
Kemana?
Mengenalkan
mereka kekamu.
Adik
didikmu, Baiklah kalau begitu aku mau,ayo.
Dengan rasa keakraban yang kembali terjalin membuat Una merasa lega
begitupun dengan Hendra. Sedikit melewati jalanan berliku, hingga kepada sebuah
jalan kecil, tidak begitu jauh dari tempat mereka berangkat menuju ketempat tujuan
mereka, sampailah mereka kepada sebuah gang kecil dan hanya memiliki sebuah
jalan kecil, jalan itupun tak mampu di lalui oleh kendran beroda empat sehingga
Una harus memarkirkan kendaraanya di sebuah halaman rumah pak sucipto berada
tepat di samping gang kecil tersebut.
Tepat
pukul 02.00 malam mereka menelusuri jalan kecil dengan berjalan, beberapa menit
kemudian sampailah mereka kepada sebuah rumah kecil yang terbuat dari bilik
bambu, rumah kecil itu berdiri di bawah
sebuah jembatan.
Terdengar
dari luar rumah suara beberapa anak
kecil yang sedang tertawa bahagia di karenakan mereka sedang kumpul bersama.
Assalamualaikum..
Yeh..
kakak hendra datang... Adik-adik kecil itupun memeluk Hendra.
Kakak
itu siapa? Tanya salah satu bocah kecil tersebut.
Kenalin
ini namanya kakak Una lova.
Oh
kakak una. Ini toh wanita yang sering
kakak ceritakan kekita-kita ya? Celoteh Ninis kepada kakaknya.
Ah
kamu ini Nis... Hendra memukuli dengan pukulan kasih sayang di kepala Ninis, dikarenakan
dia merasa malu atas celotehan sang bocah, Una yang mendengarkan ucapan sang
bocah turut tersipu malu.
Malam itu benar-benar menjadi hangat, namun kehangatan malam itu
bukan seperti kehangatan yang terjadi di dalam sebuah gemerlapan cahaya
diskotik, akan tetapi kehangatan itu terjalin dari keakraban Una kepada beberapa adik kecil yang berada di rumah
bambu sederhana itu, Una merasa bahagia dan senang mengenal sosok hendra,
bahkan ocehan dan kemarahan yang telah di lakukannya beberapa jam lalu hanya
bagaikan angin berlalu.
Kemarahan itu justru kini menjadi rasa cinta yang mendalam dan
besar, mungkin rasa itu sulit untuk di
pendam kembali oleh dirinya. Akan tetapi rasa angkuhnya sebagai wanita merasa
gengsi untuk mengutarakan isinya hatinya kepada sang lelaki yang dicintai
membuatnya tetap merasahasiakan rasa itu. Namun inilah kekuatan cinta sekali
lagi kekuatan itu akan membuktikannya.
Di saat malam telah mulai berlalu, kebisingan kini telah berubah
menjadi sebuah keheningan, semua mata telah mulai terpejam, bahkan mata dari
beberapa adik kecilpun telah mulai menutup rapat. kini hanya tinggal mereka
berdualah yang belum memejamkan mata. Malam itu entah mengapa mata mereka tidak
mau terpejamkan, seakan ada sebuah magnet yang besar menghalangi rasa kantuk
mereka berdua.
Una
ayo ikut aku! Ajak hendra
Kemana??
Sudah
ayo ikut saja.
Keluarlah mereka berdua, menuju ketempat yang sering di kunjungi
oleh hendra, tempat itu tidak begitu jauh dari rumah sederhana berbilik bambu.
Hendra mengajak berjalan-jalan di sekitar jembatan tua tepat berada di atas
rumah sederha miliknya. Jembatan tua inilah dia seriang merenungi-merenungi apa
yang semestinya untuk di renungi. Terkadang dirinya merenungi akan keadaan dan
prinsipnya kepada kedua orang tua yang telah membesarkannya, namun perenungan
yang sering ia lakukan adalah merenungi akan nasib-nasib anak bangsa hal
terbaik apa yang mesti ia lakukan agar anak-anak yang terlantar bisa merasakan
enyaman pendidikan dan kasih sayang dari kedua orang tua mereka.
Itu
semua ia lakukan agar apa yang dia rasakan atas kepahitan dan jauhnya kasih
sayang dari kedua orang tuah membuatnya tidak ingin melihat adik-adik yang ia
asuh tidak terlantarkan begitu saja. Begitu banyak cerita yang mesti Dia jalani
dan ceritakan kepada Una. Termasuk alasannya mencuri di diskotik.
Baginya
lebih baik mencuri di sebuah diskotik, karena di sanalah tempat yang baik untuk
melakukan sebuah kejahatan untuk kebaikan. Daripada harus mencuri di pasar tas
milik ibu-ibu yang berekonomi sederhana itu akan membuat mereka semakin susah,
mending aku mencuri di diskotik karena
di sana merata orang-orang menengah ke atas yang hanya bisa berpoyah-poyah
menghabiskan uang untuk sesuatu kesenangan yang panah. dan kamu tahu tidak una
wanita yang saya curi tadi, dia itu adalah ibu kandung saya sendiri.
Una
merasa heran dan terpanah mendengarkan
apa yang di katakan hendra, berarti kamu?
Orang
yang mampu maksudnya?
Ya
begitu... Una mengiyakan atas tebakan Hendra.
Ya Una
aku sebenarnya anak orang kaya orang tuaku memliliki beberapa usaha dan jabatan
penting di parlemen pemerintahan namun sayang itu semua telah membuat mereka
lalai, lalai kepada semua, diriku, bangsa dan Tuhan, dan itulah alasan kenapa
aku memilih untuk pergi dari rumah dan merasakan hidup sederhana sekarang ini. Karena
prinsip yang kumiliki berbeda dengan apa yang mereka miliki.
Una semakin merasa kagum kepada Hendra, cerita hidupnya sungguh
panjang sekali, mungkin tak akan sanggup di tulis dalam bentuk sebuah karya
novel dalam satu tahun dan itu mesti membutuhkan bertahun-tahun lamanya.
Terus
bagaimna una? Seketika hendra
mengalihkan pembicaraannya.
Haah,,,,bagaimna
apanya?
Bagaimna
kalimat kamu yang sewaktu marah kepdaku?
Una
merasa gugup, malu bahkan dia tak mampu menyembunyikan raut pipinya yang
memerah, hanya saja dia beruntung di karenakan suasana sedikit gelap berkelabut
membuat merah itu tak tampak oleh Hendra, namun hendra menyadari akan kegugupan
dari una.
Bagaimana
Una, kamu mau menjadi kekasihku?
Una
yang sejak mengenal kepribadian Hendra, telah membuatnya jatuh hati tak mampu
menolak atas apa yang di tawarkan oleh orang yang sangat Ia cintai, una
mengiyakan atas pertanyaan Hendra. atas respon baik yang di berikan oleh Una merekapun
berpacaran untuk beberapa waktu. Setelah tiga bulan mereka berpacaran, mereka
akhirnya memutuskan untuk menikah.
Sekian........^_^
kontrakan sapen
31 des 2013