REMBULAN MALAM I



REMBULAN MALAM 1
Oleh
Ahmad
Mahasiwa Fak. Adab dan Ilmu Budaya

UIN Sunan Kalijaga

Sekapur sirih....!
“ Cinta Adalah anugrah Tuhan, maka mulyakanlah cinta yang di karenakan Tuhanmu Bukan karena cinta yang di karenakan hawa Nafsu”
Hafizul pemuda sederhana terlahir dari desa terpencil sumatera selatan tapi mampu menyelesaikan Studynya di mesir... Ia memiliki istri yang berwatak keras. Namun dengan kesabaran dan kegigihan hafizul di dalam menjaga cintanya membuat batu bisa hancur, besi yang kuat bisa patah dan api yang panaspun bisa menjadi dingin di karenakan cintanya. Bahkan Kerasnya hati Hafidahpun mampu ia kalahkan dengan  kemulyaan hati dan cintanya,
Walaupun ia harus mengorbankan dirinya namun cintanya tetap tumbuh dan tumbuh untuk selamanya di dalam hati Hafidah istri yang sangat ia cintai. Itulah sosok Hafizul sosok seorang pria sejati yang mungkin sulit untuk di cari hari ini.
Anda ingin tahu kisahnya...?
Anda ingin tahu perjuangan apa yang telah di lakukan Hafizul??
Dan anda ingin tahu apa yang terjadi kepada Cinta Hafizul??? Temukanlah jawabannya pada kisa rembulam malam.
Selamat membaca.....^_^


Niat yang tertunda....
Semilir angin pagi bertiup dengan kencangnya seakan-akan datang sebuah badai kecil, namun badai itu tidak mendatangkan sebuah malapetaka akan tetapi hanya membawa suatu keberkahan bagi kehidupan di bumi. Terdengar  seorang ibu memanggil anaknya sore itu...
Fidaaa....!!!
Yaa Ummi saut anak gadis kecil itu...
Ambil semua pakaian di belakang rumah sebentar lagi akan turun hujan....
Males Ummi....Fidah lagi enak nih dengerin musik...anak itu membalas sautan ibunya dengan sebuah penolakan....
Karena mendengar perkataan  Fidah yang menolak perintah ibunya, akhirnya ibu itu sendiri yang mengambil pakaian bergelantungan di jemuran yang sudah mulai di guyur hujan.
Malam itu terjadilah sebuah perkumpulan kecil di antara keluarga bapak Salamatun Indra, Ummi Rohayani dan dua anak tercinta mereka yang turut serta berkumpul bersama mereka.  setiap malam minggu di dalam keluarga kecil ini sering mengadakan perkumpulan kecil untuk membahas bagaimana perkembangan kehidupan minggu sebelumnya dan menjadikan bahan intropeksian untuk kedepannya. Hingga akhirnya pokok pembahasan malam itu yang menjadi plagiat utamanya adalah Hafidahtunmillah.
Abi... saut sang istri dengan penuh keanggunan terhadap suaminya...
Yaaa Ummi... sang suami membalas panggilan sang istri dengan penuh kewibahan sebagai seorang pemimpin rumah tangga.
Abi..! Ummi ingin, mulai sekarang kita harus memikirkan masa depan dan yang terbaik bagi Hafidah.
Yaa Ummi, Abi juga memikirkan hal yang sama apa yang Ummi pikirkan.
Setelah mereka saling  memberikan alasan-alasan dan berbagai argumen pada akhirnya sampailah kepada titik keputusan bahwa Hafidah akan di masukkan Pon-Pes Assalam. Hilanglah harapan Hafidah  untuk melanjutkan sekolah tingkat menengah di MAN model 2 lampung dan untuk menyusul cintanya di sekolahan tersebut yaitu Farhan.  Mendengar hal tersebut Hafidahpun menolak dengan kerasnya.
Abi , Ummi !!! Hafidah tidak mau masuk Pondok  pokoknya Hafidah tidak mau,,, dengan keras kepalanya Hafidah menolak akan usulan kedua orang tuanya.
Mendengar penolakan Hafidah membuat Abi dan Ummi Hafidah sedikit geram dan ingin  marah padanya, namun dengan sabar  mereka mencoba memberikan nasehat kepada Hafida agar mau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Assalam. Perdebatan malam itu cukup hangat antara Hafidah dan kedua orang Tuanya yang bersih keras menyekolahkan Hafidah Di Pon-Pes Assalam dan atas penolakan Hafidah, dengan sedkikit ancaman hingga akhirnya membuat hati Hafidah pun luluh akan nasehat Abi dan Umminya.
*****-----*****
10-oktober 2017.
Hari itu suasana mungkin sudah mulai berubah bagaimana dahulunya pepohanan nan rindang meramaikan pepinggiran kota Lampung selatan,  pegunungan sungguh nampak indah untuk di pandang, dan suara aliran air di pesawahan begitu merdunya dan rapinya mereka bernyanyi dan berbaris mengikuti aliran pesawahan. Hari itu adalah hari yang indah bagi sang pengejar cahaya cinta yang ingin memenuhi sebagian perintah agamanya, Cinta yang ingin ia gapai adalah cinta pertamanya  sebelas tahun yang silam dan tak pernah di lupakannya hingga saat detik ini dan  kini Hafizul  Rahman ingin mengejar dan  menggapai cintanya itu dalam sebuah ikatan jalinan suci.
Untuk yang kedua kalinya Hafizul Rahman menginjakkan kakinya di pulau sumatera bagian lampung itu, betapa senang dan bahagianya ia setelah sebelas tahun ia meninggalkan pulau sumatera dan tidak pernah mampir kelampung untuk bersilturrahmi kepada ibu angkat kesayangannya. Tidak lama ia berdiri di sebuah bundaran penghubung jalan antara Rajabasa, bakaheuni dan lintas timur sumatera, datang seorang pemuda dengan menggunakan helm dan mengendarai sebuah kendaraan roda dua yang sudah nampak sedikit tua,  pemuda itu menghampiri diri Hafizul Rahman.
Assalamualaikum... saut pemuda itu...
Wa alaikum salam.... dengan sedikit kebingungan dan  penuh tanda tanya.
Kaifa haluka ya akhi... sambil membuka helmnya...
MasyaAllah....ternyata anta ya zaid...anaa  Alhamdulillah bi khoir...( sambil memeluk zaid )
Rasa bahagia hari itu adalah rasa bahagia dari pertemuan dua orang sahabat karib lama yang sudah empat tahun bersama  dan berjuang bersama-sama menggapai impian mereka masing-masing di kala mereka masih menyantri dahulu dan Zaid adalah teman seperjuangan yang takkan pernah terlupakan oleh Hafizul di karenakan Zaid adalah orang yang paling banyak membantu ketika Hafizul mendapatkan berbagai permasalahan di Pondok Pesantren dahulu, terutama ketika permasalahan tersebut menyangkut mata pelajaran Zaidul Ali Adalah orang yang paling tepat untuk bisa membantu Hafizul.
Sedikit memang terjadi perbincangan di antara mereka dari awal bertemu, di kendaraan dan tanpa terasa sudah memasuki sebuah halaman kecil Pondok Pesantren Daarul Hufazd. Dia merasa senang dan bahagia karena di Pondok inilah untuk yang pertama kalinya ia merasakan sebuah kedekatan dengan seorang Ibu dan merasakan kebaikan dari seorang Ayah, mereka  sudah seperti orang tua   kandungnya sendiri dan bahkan selama sebelas tahu ini ia sangat merindukan perjumpaan dirinya dengan kedua orang tersebut. Terbuai akan dengan bayangan lamanya tak terasa ia sudah di hampiri sebuah sosok seorang ibu paruh baya yang sudah nampak sedikit tua namun tetap anggun dengan kerudung putihnya.
Nak Hafizul....!!! panggil sang Ummi
MasyaAllah Ummi... sambil memcium tangannya menunjukkan rasa takzim Hafizul terhadap Ummi Rohani...
Bagaimana kabarnya Ummi...
Alhamdulillah baik-baik saja.. 
 Nak Hafizul sendiri bagaimana kabarnya???sudah sebelas tahun loh gak ngasih kabar...
Maaf Ummi terlalu sibuk jadi gak sempet ngabarin apa lagi jarak yang begitu jauh jadinya sulit untuk memberikan kabar ke Ummi dan sekeluarga,,,, Sambil tersenyum
Di sela-sela perbincangan antara ibu angkat dan anak angkat itu tiba-tiba...Zaid ikut campur di dalamnya...
Ummi, Ummi udah....kasiankan Hafizul baru nyampe masa mau di hantam dengan berbagai pertanyaan.
Ummi Rohani kemudian tersenyum dan mengiyakan isyarat Zaid dan mengajak Hafizul untuk masuk dan beristirahat walaupun di dalam pikiran Ummi Rohani  banyak sekali pertanyaan yang ingin ia utarakan kepadanya karena 2009 lalu semenjak ia berangkat ke mesir Hafizul tidak pernah memberikan kabar sedikitpun kepada ibu yang pernah mengajarkannya  kepada sebuah Arti kehidupan, kebaikan menjadi orang tua dan mengajarkan berbagai kebaikan-kebaikan lainnya yang masih terngiang-ngiang di telinga Hafizul dan pada akhirnya mampu mengantarkannya kepada titik kesuksesan hingga hari ini.
Tiada terasa ternyata Hafizul sudah tiga hari berada di rumah Ummi Rohani,  memang semenjak  kepergian bapak Salamatun Indra membuat ada yang sedikit berbeda dari sebelas tahun yang silam, dulunya ketika Hafizul berada di Pondok Daarul Huffadz ada saja sosok seorang lelaki yang mengajak dirinya untuk selalu shalat lima waktu ketika waktu shalat telah datang bahkan terkadang menyuruh dirinya untuk menjadi imam di masjid jami’ di mana bapak Salamatun Indra adalah imam besar di sana, dan mengobrol ketika waktu senggang namun kini hanya ada Zaid,  Ummi Rohani dan seorang wanita cantik nan anggun namun jarang sekali ikut obrolan bersama mereka. Ia hanya keluar kamarnya sesekali dan itupun tidak lama, dirinya adalah Hafidahtun millah wanita yang  sebelas tahun silam pernah di tolongnya  ketika nyantri di Pon-Pes Assalam dan di antara beribu-ribu santriwati yang ada di sana hanya Hafidah wanita yang mampu  mencuri hatinya hingga saat ini.
Ketika sedang asik-asiknya obrolan itu tanpa di sadari terlontarlah sebuah pertanyaan dari Ummi Rohani kepada Hafizul.
Nak Hafidzul sudah punya calon istri???dan di ikuti Zaid ya antum udah punya calon istri gak???( dengan harapan agar Hafizul mau meminang  Hafidah )
Di balik pintu kamar terbesit di hati Hafidah kenapa Ummi tiba-tiba bertanya hal seperti itu??? Ternyata Hafidah sejak dari tadi sudah mulai mendengarkan perbincangan di antara mereka.
Dengan sedikit terpojok Hafizul mencoba menenangkan dirinya agar tidak menjawab sembarangan dari pertanyaan tersebut.
Belum ada Ummi,,,jawab Hafizul
Kok belum ada calon istri??? tanya Zaid.
Eeeeeh,,,,,  mungkin Allah mempunyai rencana yang lain Ummi, Zaid untuk Ana masalah siapa yang nantinya menjadi calon pendamping hidup Ana.
Sedikit berfikir dan kebingungan Hafizul untuk menjawab pertanyaan itu.  Berfikir karena ia tidak sampai hati untuk menyampaikan maksud dirinya datang ke Lampung dan kebingungan karena ia serba salah sebab wanita yang ia cintai tidak pernah menaruh hati padanya. Dan  dengan sigapnya Hafizul mengalihkan perhatian.
Ohh,,,ternyata sudah jam Dua belas malam, Zaid, Ummi,,, Ana pamit undur diri terlebih dahulu karena mau istirahat besok pagi Ana harus sudah mulai berangkat ke Palembang.
Dengan rasa penasaran dan sedikit kesel karena Ummi Rohani dan Zaid berharap agar malam itu ia menyinggung siapa calon istrinya jika belum ada, maka dengan harapan Ummi dan Zaid bisa menyambung kekeluargaan yang lebih dari keluarga yaitu dengan meminta agar Hafizul mau mempersunting Hafidatun millah sebagai istrinya.  Akan tetapi itulah yang terjadi ternyata teka-teki itu belum terjawabkan, walaupun kedua belak pihak memiliki harapan yang sama.
Malam itu Hafizul tak mampu untuk memejamkan kedua bola matanya menyesali akan tindakan yang telah di lakukan dirinya  untuk tetap merahasiakan wanita yang ia cintai,  padahal malam itu adalah kesempatan satu-satunya yang ia miliki, dirinya benar-benar gelisah, bahkan goresan Diaripun tak mampu menenangkan jiwa, hati, dan pikirannya.  Pada akhirnya ia mengadu kepada sang khalik, Allah yang maha mempertemukan, sambil menangis tersedu-sedu  meminta jalan yang terbaik dari permasalahan dirinya karena sudah lama ia memendam rasa itu dan berat sekali ia untuk menajalani semuanya belasan tahun bukan waktu yang sebentar bagi seseorang yang memendam rasa terhadap wanita yang ia cintai, bahkan terkadang pikiran dan emosionalpun turut serta menjadi bebannya.


Suara lama tak  terdengar....
Mungkin pagi itu adalah suasana yang mengembirakan bagi seorang musafir yang telah menempuh perjalanan nan jauh,  merindukan orang-orang terdekatnya  yang telah lama tak mendengar bahkan mengingat bagaimana wajah dan bentuknya. Merasakan kehangatan dari aliran darah seorang ibu yang dengan sabarnya mendidik dan membesarkannya, merasakan bagaiamana nikmatnya dari masakan dari seorang wanita yang sangat ia sayangi dan cintai,  Betapa ia  ingin segera berjumpa dengan ibunda tercintanya.
Di pinggiran jalan nan duduklah seorang perempuan yang sudah paruh bayah menunggu kedatangan anaknya yang sudah lama meninggalkan halaman tempat tinggalnya sebelas tahun silam yang lalu.  ia adalah ibu Hj Maimunah, dengan rasa gelisah Sang ibu tak kuasa menahan diri betapa ia sangat merindukan kedatangan anak sang anak tercinta, telah lama ia tidak memeluk anak laki-lakinya itu semenjak ia meninggalkan rumah karena hanya ingin menggapai impian tertingginya.
Tidak lama kemudian, Berhenti sebuah Bis besar Ramayana di pinggiran jalan sebuah desa kecil babat Banyu Asin. Di dalam mobil tersebut  ada sesosok pemuda yang sudah merasakan hati yang berdebar-debar yang tak sabar lagi memeluk dan mencium kaki sang ibunda tercinta.
 Di saat sang ibu mendekat dan melihat Faizul Rahman keluar dari pintu sang ibupun menangis sambil memeluk dirinya ternyata ketangkasan dan kecepatan sang ibu lebih cepat daripada dirinya  di karena rasa rindu yang begitu tinggi sehingga tidak tertahankan lagi ingin lekas memeluk Hafizul Rahman. Hafizul yang sadar akan hal itu langsung melepaskan Handphone miliknya yang sejak tadi di genggamannya, dan Handphone itupun terjatuh ketanah,  hanya untuk lekas membalas pelukan sang ibunda.
Hari itu adalah pertemuan yang sangat mengharukan bagi seorang anak dan seorang ibu  yang selalu memiliki keterikatan batin yang ada di antara mereka berdua. Bahkan tanah, rerumputan, Ribuan Galaksi  dan alam sekitar turut serta merasakan rasa keharuan pada hari itu. Di saat rasa kerinduan itu belum terobati Hafizulpun lekas melepaskan pelukannya dan sang ibupun  melepaskan pelukannya, sekilas Hafizul mencium kaki ibunda tercintanya sebagai tanda Rasa Hormat dan cintanya kepada sang ibu yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkannya.
Setelah mencium kaki Sang ibunda, Hafizul tiba-tiba melontarkan sebuah pertanyaan kepada sang ibunda..
Di mano Ba’???[1] dengan bahasa palembang campur bahasa sekayu.
Bapakmu masih di umeh nak....mungkin bentar lagi bapakmu balek..[2]
Hafizul Rahman menghelakan nafasnya karena sang ayah tidak pernah berubah dari awal ia meninggalakan desa tercintanya  hingga sekarang ini, yang selalu menyibukkan pekerjaannya daripada memperhatikan keadaan anak-anaknya.
Entah apa yang ada di benak Hafizul ketika itu apakah sang Ayah tidak mau hadir di saat detik-detik kedatangannya di karenakan rasa malu, dirinya yang sudah melarang Hafizul untuk tidak melanjutkan Study di luar negeri, atau sang Ayah marah karena Hafizul telah menolak pendapat ayahnya untuk menerima tawaran darinya agar Hafizul lekas menikah dengan Gadis kembang desa Babat Banyu Asin. Tetapi itulah diri Hafizul Rahman yang selalu tersenyum menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada walaupun hal  itu sangat  berat untuk di hadapi.
Tiada terasa ia sudah tiga bulan berada di kampung halamannya kini teman-teman satu sekolahannya semasa SMP semuanya merata sudah memiliki anak, bahkan sahabat karibnya Arif, dan Dedi sudah mempunyai anak yang sudah duduk di bangku kelas SD. Namun ia sedikit sedih tak pernah mendengar kabar Agus Abdullah khiyat salah satu sahabat karib yang begitu dekat dengannya.
Terkadang terbesit di hati Hafizul untuk segera menikah namun Allah belum menentukan Pasangan yang tepat bagi dirinya, Ia tak pernah luput dari rasa tangis di setiap sujud hanya karena ingin mengadukan akan kegundahan  hatinya,
“ Ya Allah kapankah diriMu berkehendak untuk menyatukan bidadari dunia pada diriku di dalam mahligai  ikatan pernikahan... rasa Gelisah ini tak mampu hamba  pertahankan untuk lebih lama lagi..
Ya Allah ya Tuhanku... permudahkanlah langka hambamu ini untuk melengkapi sebagian dari AgamaMu. Aamiin.

Diary,  wasilah Tuhan....
Suara angin malam, mungkin telah bertiup dengan lembutnya yang mampu menghantarkan semua mata yang terbuka untuk segera memejamkan mata mereka, di karenakan rasa lelah di keseharian mereka yang selelu tersibukkan dengan berbagai macam aktifitas-aktifitas di desa itu, Namun berbeda dengan Hafizul Rahman pada malam itu ia baru saja  menyeelesai  shlat Isya’nya di Masjid  At-taqwa , bersama teman kecilnya Azriel. Sempat terjadi sebuah obrolan sederhana antara Hafizul dan Azriel,
kapan kawin zul[3]?? Celoteh Azriel.
Serontak Hafizul kaget mendengarnya namun dengan keahliannya berkata :
yoh do’ake bae ado yang menghubungi meminta agar anaknyo di lamar hehehehe. [4]( Hafizul sambil tersenyum  gelih menjawab pertanyaan Azriel dengan bahasa palemabang-sekayu yang sedikit amburadul)
Dengan ceketan Azriel pun mengaminkan apa yang telah di ucapkan Hafizul,,,
Yang penting jangan lupo undangannyo yo hehehehe[5]..( Azriel berceloteh sambil tersenyum manis dengan Bahasa Khas Palembang-sekayunya)
Udah yuk balek sudah hampir satu jam kito ngobrol aku ado gawe di rumah[6]...
Oke....( Azriel mengiyakan sambil berdiri)
Di pertengahan jalan menuju rumah,  Azriel akhirnya pamit untuk pulang kerumahnya yang tak jauh dari rumah Hafizul. Setibanya Hafizul di Rumah ia melihat sang ayah dan sang Ibunda sedang duduk santai mereka sejak dari tadi menunggu kedatangan Hafizul...untuk membahas sesuatu hal yang penting bagi masa depan Hafizul.
Kamu sajo yang ngomong ke Hafizul  ( perintah sang Suami kepada Istrinya dengan berbahasa Palembang-sekayu)
Yoo... (  Ibu Maimunah mengiyakan perintah Suaminya )
 Tokkk-tokk-tokkk... 
Assalamualaikum...Hafizul sambil membuka pintu dan mendekati mereka berdua dan mencium tangan mereka.
Tumben Bapak samo Umak duduk beduo di sikak....lagi ado yang nak di omongi apo...???[7] tanya Hafizul sambil tersenyum.
Yo Nak ikak masalah nga tuhlah??? Duduklah dulu  sikak!![8]. Perintah sang Ibu.
Masalah aku umak???[9] sambil mengambil kursi dan duduk.
Iyoo....[10] sang ibunda menjawab
kalu boleh   tahu masalah apo yo umak, kok ado sangkut pautnyo dengan aku?[11]
Nak sekarang umur kamu tuh sudah masok duo puluh lapan taon dan beberapo bulan lagi kamu tuh nag masok umor Duo Puluh Sembilan taon, Umak dengan Bapakmu ikak sudah Tuo nak kepingin nyingok kamu menikah dan menggendong Cucu dari kau, Cumo kau tulah  satu-satunyo yang belum berumoh tanggo,  dan banyak sekali orang tuo yang sudah datang kemari berharap anaknyo bisa menikah dengan kau, kapan kau nak nikah ??? Istri cak mano  yang kau gala’i masalahnyo semua gadis yang datang kesikak kau Tolak galo??[12]
Hafizul pun terdiam mendengarkan berbagai lontaran  pertanyaan ibunda Maimunah. Namun sang ayah hanya terdiam bisu karena semenjak Hafizul pulang dari mesir dan membuktikan bahwa ia bisa lulus kuliah dan menggapai impiannya membuat sang ayah tak berani lagi  mengendepankan pendapatnya.
Malam itu memang benar-benar menjadi keheningan malam, dengan berbagai lontaran pertanyaan dari sang ibunda membuat Hafizul hanya bisa pasrah dan berkata,
“ sabar yoh Umak dengan Ba’ insyaalloh, Alloh akan memberikan semuo jalannyo yang terbaik buat Hafizul. Hafizul yakin Alloh sudah pasti mempersiapke Jodoh atau bidadari yang tepat buat Hafizul. Jadi Umak  dengan Ba’  tinggal sabar bae  dulu sekarang enjok Hafizul kesempatan  untuk nunggu wong yang tepat sambil menjemput bidadari tercinto Hafizul.”[13] ( jelas hafizul kepada kedua orang tuanya)
Mendengar akan pendapat Hafizul, akhirnya hati kedua orang tuanyapun luluh, membuat keheningan malam itu menjadi cahaya yang terang benderang membuat setiap selah-selah jalan nampak dengan jelas setiap pejalan kaki yang melalui jalan itu pasti tidak akan terjatuh karena selah-selah yang ada.  Pada akhirnya obrolan di antara mereka bertiga terselesaikan dengan baik dan Hafizul pun legah akan keadaan yang sempat membuat hatinya tergetarkan. Kemudian Hafizul melangkahkan kakinya menuju ruangan kamar, di lihatnya handphone dan ternyata  ada dua puluh satu kali panggilan tak terjawab dari ummi Rohani dan satu  pesan untuk segera di balas,  di bukanya pesan tersebut :

“ assalamualaikum..
Nak Hafizul tidak sedang ada dirumah ya??? Nak Diari antum tiga bulan lalu tinggal di rumah Ummi, Ummi dan Zaid sudah tahu isinya maaf  ya sebelumnya sudah membaca tanpa izin, besok InsyaAllah Ummi dan Zaid termasuk Hafidah  akan berangkat ke palembang  silaturrahmi kerumah nak Hafizul dan ingin membahas Niat baik nak hafizul tiga bulan yang lalu ketika datang kerumah Ummi, jika nak Hafizul berkenan balas pesan Ummi biar Ummi tahu bahwa nak Hafizul menerima tawaran Ummi”
Wassalamualaikum....”
Setelah membaca pesan tersebut hati Hafizul merasa benar-benar bahagia sambil sujud syukur,  tanpa ia sadari rasa ucapan syukurnya terlalu keras membuat ayah dan ibunya mengetuk pintu Hafizul dengan penuh tanda tanya,
Tokk tokk tokk... nak ada apa??? Kog berisik  kegirangan kayak orang baru menang lotre saja..
Hafizul pun tiba-tiba diam sambil tersenyum membuka pintu kamarnya dan memeluk ayah dan ibunya.
Alhamdulillah Ba’, umak[14]  insyaAllah Hafizul mendapatkan jodoh yang tepat dan akan menikah dengan wanita yang Hafizul cintai sejak dahulu.
Alhamdulillah... ucap kedua orang tua Hafizul....
Perlu di segerakan Zul. kata sang ayah.....
Pasti Ba’[15] ^_^ !!! Hafizulpun tersenyum karena baru kali ini ia mendengarkan pendapat ayahnya...dan ayahnya yang sangat mendukung akan keinginan Hafizul kali ini.
Kedua orang tua Hafizul telah menyetujui akan hal itu akhirnya  Hafizul lekas  membalas pesan singkat dari Ummi Rohani.
“Assalamualaiku....
Terima kasih atas kebaikan Ummi dan keinginan Ummi untuk menyambung tali silaturrahmi antara keluarga ananda Hafizul dan keluarga Ummi Rohani, insyaAllah  Hafizul beserta keluarga akan berangkat kelampung minggu depan sambil mempersiapkan semua yang di perlukan  sebagai syarat meminang anak perempuan Ummi jadi Ummi tidak perlu ke Palembang, dan melalui pesan ini ananda akan melamar Hafidatun Millah bin Salamatun Indra Alm sebagai istri ananda semoga Allah dan Rasulnya meridhoi.”
Wassalamualaikum...”

balas Ummi Rohani....Mengaminkan sms dari hafizul.....berharap agar waktu yang di janjikan agar segera datang.
*****----*****
Mungkin di belahan wilayah sana seorang pemuda sedang merasa bahagia dan senang bahkan bersujud syukur akan kabar yang di terimanya malam itu, karena malam itu adalah malam keberuntungan baginya di karenakan Allah sudah menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak, apalagi datangnya kabar itu langsung di terima dan di respon dengan baik dari kedua belak pihak.
Namun,  berbeda dengan suasana hati wanita cantik nan anggun itu yang selalu menyendiri di kamar sambil menangis tersedu-sedu di karenakan ia merasa Allah telah tidak berlaku adil padanya, pada akhirnya Cintanya terhadap farhan harus kandas kembali di karenakan tidak mampu menolak permintaan sang Ummi dan  sang Kakak untuk segera menikah dengan Hafizul Rahman sedangkan ia sendiri tidak mencintai Hafizul Rahman yang menurutnya banyak sekali kekurangannya di bandingkan Farhan yang begitu banyak kelebihannya. Mulai dari pisik masih terlihat tampan farhan di bandingkan Hafizul,  dan bahkan Farhan adalah lelaki yang ia cintai sejak SMP hingga pada akhirnya mereka berpisah dan bertemu tiga tahun yang lalu di perkuliahan  IAIN raden intan lampung dan merekapun sudah menjadi pasangan kekasih. Sungguh  benar-benar tak mampu tertahankan lagi kemarahan Hafida kepada Hafizul dan pernikahan di antara mereka mungkin akan “berawal dengan keburukan dan berakhir dengan keburukan pula.”

Hari yang di janjikan....
Tiba harinya yang telah di janjikan Hafizul sekeluarga minggu lalu bahwa ia akan datang ke Lampung dan akan langsung melanjutkan acara walimahan dirinya dengan Hafidatun Millah, empat hari mereka berada di rumah besan sambil mempersiapkan segala-galanya terjadilah ta’arufan antara Hafizul dan Hafidah. Selama masa ta’ruf tersebut Hafidah selalu memberikan resfon-resfon negatif terhadap Hafizul ketika mereka berjumpa tanpa di dampingi sang Ummi. Namun  kebesaran jiwa dan kesabaran yang di miliki Hafizul akhirnya ia merahasiakan semuanya dari Ibu, Ayah,Ummi dan Zaidul Ali,  Karena tidak mungkin lagi acara ini akan di batalkan sebab Dua hari lagi menjelang hari H pernikahan mereka.
Pada saat hari itu tiba pernikahan mereka pun berlangsung dengan meriah walaupun acara tersebut di susun dengan konsep sederhana.  Dan yang hadir adalah kebanyakan dari para santri dan sesepuh Pondok Daarul Huffaadz.
Raut wajah di saat itu sangatlah bahagia sekali Ummi, Zaid , Ayah dan Ibunda beserta para tamu yang hadirpun selalu memancarkan cahaya senyuman yang indah melihat sepasang makhluk Allah yang bersatu di dalam mahligai pernikahan.  Kecuali satu wajah yang tertuju ia menangis terseduh-seduh di antara bangku plaminan di karenakan bukan sosok laki-laki seperti Hafizul yang ia harapakan duduk bersanding dengannnya, akan tetapi Farhanlah orangnya yang Ia harapkan. Namun harapannya  ikut kandas ketika ia tidak melihat sosok Farhan di acara pernikahan tersebut. Hafizul yang melihat Fenomena itu menyadari akan yang ada di benak Hafidah,  semenjak ia melihat Hafidah bersama dengan seorang laki-laki ketika ia menjemput dirinya di kampus ia tahu bahwa bukan dirinya yang ada di hati Hafidah.  Akan tetapi Ia kembali diam dan merahasiakan terhadap apa yang telah Ia saksikan.
Waktu akhirnya menunjukkan jam 12.20 dan para tamu undangan mulai meninggalkan Tenda plaminan dan mulai sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing acara pernikahanpun mulai selesai dikit demi sedikit dan pada akhirnya tepat jam 15,30 musik yang berdendang di tenda plaminanpun akhirnya berhenti.

Malam pertama bagaikan Malam kedua...!
Tiga hari rumah sederhana ummi Rohani di ramaikan oleh beberapa keluarga dari kedua belak pihak kini mulai sepi. Hafizul biasanya menemani keluarganya tidur di luar kamar kini harus tidur bersama sang istri untuk merasakan malam pertamanya bersama Hafidah.
Assalamualaikum... Hafizul masuk kekamar Hafidah.
Wa alaikum salam... Hafidah menjawab salam dengan sedikit nada sewot.
Mendengar nada dari jawaban Hafidah membuat hafizul sedikit berfikir dan bertanya-tanya, namun semuanya di tepis jauh-jauh oleh dirinya karena ia tidak ingin membuat suasana malam pertamanya mencekam.
Boleh Saya masuk? Tanya Hafizul untuk di persilahkan masuk kekamar Hafidah.
Tinggal masuk kenapa!!!
Kembali lagi nada bicara Hafidah tampak begitu pedas untuk di dengar, Namun Hafizul tetap berbaik sangka akan dirinya. Ketika hafizul duduk di dekat Istrinya. Tanpa di sangka-sangka Hafidah melontarkan sebuah kata-kata yang tidak mengenakkan  untuk di dengar oleh dirinya.
Mas Hafizul dengar baik-baik... Di dalam hati Hafidah hanya ada satu nama laki-laki yang Hafidah cintai dan itu bukan mas Hafizul, dan mas juga Tahu siapa orangnya karena mas sudah melihat kami berdua-duan ketika mas menjemput Hafidah di kampus kemarin. Setelah mas mengetahuinya kemarin kenapa mas tetap melanjutkan pernikahan ini kenapa mas Hafizul? Sambil sedikit terisak Hafidah menangis kesal terhadap Hafizul.
Hafizul yang tidak menyangka akan di sugukan sebuah kata-kata yang mengecewakan dirinya berusaha tegar dan sabar menghadapinya, Sebelum Hafizul menjawab pertanyaan dari Hafidah diapun melontarkan sebuah pertanyaan kepada hafidah.
Jikalau begitu kenapa Dek Hafidah menerima pernikahan ini dan tidak menolaknya sejak awal?.
Justru dari sisi Hafidah terlebih dahulu yang memberikan jawaban yang tak perlu di jawab oelh Hafizul, Mas Hafizul mesti tahu Hafidah tidak mau menyakitkan perasaan dan hati Ummi, Hafidah sayang kepada Ummi, Hafidah hanya ingin melihat ummi bahagia makanya hafidah tidak mampu menolak akan lamaran dari mas Hafizul.
Mendengar hal itu Hafizul pun tersenyum,  Hafidah apa yang barusan kamu ucapkan itupulah hal yang mas hindari ummi, ayah dan ibunda mas.  Karena mas sayang kepada mereka dan tidak ingin menyakiti perasaan mereka.  Sambil berusaha tetap tenang Hafizul mencoba meminta maaf dan memberikan solusi di antara permasalahan mereka.
Mas bisa mengerti dengan apa yang di inginkan Dek Hafidah. ucap Hafizul.
Baiklah mas tidak akan memaksakan kehendak mas kepada dek Hafidah mas beri dek Hafidah kebaikan dan kebebasan untuk memilih apa yang kamu inginkan,  Dan bahkan Malam ini dan seterusnya kita tidak akan tidur seranjang walaupun berada di satu kamar. Mas akan tidur di bawah sedangkan Hafidah bisa tidur di atas ranjang. Mas janji tidak akan mengganggu gugat apa yang menjadi milik Hafidah.  
Mendengarkan hal itu hati Hafidah pun menjadi tenang,  Hafizul pun dengan sabar menghadapi istrinya yang tidak memberikan sedikit rasa cintanya kepada Hafizul,  akan tetapi rasa cintanya kepada Hafidah yang telah di jaganya berbelas-belas tahun yang lalu mengalahkan segala-galanya.
Malam pertama mereka bagaikan malam kedua bagi sepasang suami istri yang baru saja di membina mahligai rumah tangga, tanpa merasakan kebahagiaan malam pertama Hafizulpun harus memenuhi janji yang telah ia buat kepada Hafidah.

Kenapa tidak menepati janjimu...
Allahu akbar-Allahu Akbar..2x
Terdengar suara azan Shubuh berkumandang dan tidak seperti biasanya Shubuh Jum’at itu Hafizul telat bangun tidur  pada saat Azan berkumandang,  sedangkan dirinya harus menjadi imam Shubuh di masjid Jami’ masjid yang berada di  tengah antara Pondok pesantren Daarul Hufadz Putra dan Putri, Dengan tergesa-gesa ia menyiapkan pakaian Shalatnya.  Setelah menyiapkan diri untuk berangkat kemasjid Hafizul tak pernah Lupa untuk membangunkan Hafidah Agar ikut serta Shalat berjama’ah di Masjid.
De” Bangun Shalat jama’ah yuk di masjid....
Dengan muka melas[16] sambil mengantuk Hafidah menolak ajakan dirinya, dan itupun telah terjadi selama berbulan-bulan mereka bersama, semenjak Hafizul menjadi Suaminya dan menjadi imam  besar di Masjid Jami’ Hafidah  tidak pernah sekalipun ikut shalat berjama’ah di Masjid tersebut padahal sebelumnya Hafidah paling suka shalat berjama’ah di masjid bersama Abi dan Ummi. Memang penuh tanda tanya, Ummi para santri Putri dan Zaidpun turut bertanya-tanya kenapa Hafidah tidak pernah lagi Shalat berjama’ah di masjid namun semua pertanyaan itu hanya terputuskan ketika sampai di telinga sang Ummi.  Hafizulpun sadar akan hal ini, ia merasa telah gagal  menjadi seorang sang imam bagi istrinya,  akan tetapi sang Ummilah yang selalu menenangkan dan menentramkan kegelisahan yang di rasakan Hafizul di karenakan Ummi sangat mengerti akan sifat dan Watak  Hafidah yang begitu keras dan susah untuk di arahkan.
Shalat shubuhpun berlangsung dengan Khidmatnya Sang iman Hafizul dengan suara merdunya melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang di awalinya dengan Surat sajadah dan di raka’at keduanya ia melapaskan surat an-naba. Mendengar bacaan Hafizul membuat  hati para  jama’ah  bergetar  di karenakan sang imam membacakan surat An-naba dengan penuh kekhusyu’an dan bacaan itupun mampu meluluhkan kerasnya batu,  mampu membuat besi patah, dan mampu membuat hati yang keras menjadi lemah bagi siapa saja yang mendengarkan bacaan darinya.
Setelah semuanya selesai menyelesaikan perintah Tuhannya kini Hafizul dan para jama’ah lainnya kembali kepada Aktifitas mereka masing-masing.  kini Hafizul  harus dengan berat hati kembali ke kamar yang telah berbulan-bulan ysng telah menyiksa batinnya, tanpa memenuhi nafkah batinnya kepada sang istri ia hanya bisa terpaku dan pasrah akan nasib yang ia alami.
Hari jum’at yang penuh dengan ketenangan di Pondok pesantren Daarul Huffazd,  hari kemenangan bagi para santri di karenakan  mereka bisa berlibur seharian penuh ada yang keluar izin untuk kepasar dan juga yang izin untuk pulang kerumah mereka masing-masing di sekitar Pondok Pesantren  Daarul Huffazd tersebut dan para Ustazd bisa beristirahat di rumah mereka masing-masing.
Pukul menunjukkan jam 08.00 wib  saat  itu Hafizul sempat tertidur pulas di atas sofa ruang tamu di karenakan rasa lelahnya, tadi malam baru saja pulang dari luar kota, melihat Hafizul  sang ummi membangunkan dirinya agar tidur di kamar namun Ia menolak tawaran Ummi dengan baik dan melanjutkan istirahatnya di atas sofa, Ummi Rohanipun tak bisa memaksakan dirinya dan membiarkan Hafizul tertidur Pulas di atas sofa. Tidak lama Ummi beranjak dari tempat Hafizul berbaring seketika itu pula datang Hafidah dengan dandanan mecis menghampirinya, namun memang ada yang sedikit aneh pagi itu, tiba-tiba saja Hafidah membangunkan Hafizul yang sedang terlelap tidurnya.
Mas tolong antarin Hafidah kekampus sekarang???
Iya bentar mas cuci muka terlebih dahulu!!! Kata Hafizul sambil mengucek-ngucek kedua bola matanya.
Kemudian Hafizul bangkit dan menuju kekamar mandi sambil berfikir ada apa dengan Hafidah hari ini, tidak biasanya dia mau di antarin kekampus, padahal sudah beribu-ribu kali Hafizul  menawarkan diri untuk di antar olehnya kekampus namun seribu kali pula penolakan yang Ia dapatkan, namun hari ini benar-benar berbeda.  Penuh tanya dalam diri Hafizal.
Mas cepetan...! Teriak Hafizah.
Iya ini sudah selesai,,,,
Hafizal kemudian mencium tangan Ummi dan dengan sigapnya ia menghidupkan kendaraannya berpamitan untuk pergi.
Sesampainya di kampus Hafidah pun langsung beranjak dari motor yang di tungganginya  bersama Hafizul  tanpa berkata satu katapun bahkan tidak menyalami dan mencium tangan  hafizul layaknya rasa takzim seorang istri kepada suaminya.
Seratus menit berlalu kini waktunya Hafidah untuk bertemu dengan Farhan di kantin kampus mereka berbeda fakultas dan jurusan namun awal mereka bertemu di karenakan satu oraganisasi di kampus tersebut, sebut saja  PMIL[17] gerakan yang cukup di kenal.
  Setibanya Hafidah kekantin kampus ternyata ia tidak menemukan Farhan di sana yang biasanya menunggu setiap jam pulang kuliah, dengan rasa kecewa ia meninggalkan kantin kampus, dan pergi  ke Fakultas Ekonomi  di mana tempat Farhan,  di ruangan dan  di kelas ternyata hasilnya Nihil ia belum bisa menemukan Farhan. Di saat rasa keterputus asaannya ia duduk di depan lobi Fakultas sambil menitiskan air matanya di karena ingin sekali berjumpa dengan Farhan hari itu. Namun betapa sedih dan sakitnya ia ketika mengangkatkan kepala dan melihat ke arah pintu masuk Fakultas. Di saat itu terlihat dengan jelas sosok Farhan dengan Seorang wanita yang sedang bergandengan dan tak jarang Farhan mencuri-curi kesempatan mencium wanita itu.
Farhan..!!! teriak Hafidah.
Farhan yang tidak menyadari akan kehadiran Hafidah terkagetkan,
Fidaah, kok kamu ada di sini???
Dengan serontaknya Hafidahpun menampar Farhan yang sejak tadi sudah di hampirinya, seketika ruangan lobi fakultas menjadi hening dan kemudian ramai dengan tatapan berbagai mata bak bagai saksi di kejadian yang krusial. Spontan Farhan pun malu  karena teman-teman di sekitarnya melihat kejadian itu.
“ dasar pendusta mana janji-janji manismu dulu bukannya kamu akan bersabar menunggu diriku hingga akhirnya Hafizal menceraikanku, inikah balasanmu Farhan???”  
Setelah puas memaki Farhan Hafidah pun berlalu sambil menangis. Wanita yang sejak dari tadi bersama Farhan turut ikut serta memarahidan memaki Farhan karena dia telah berbohong kepada wanita itu sebelum sempat ia pergi meninggalkan Farhan iapun meninggalkan kata-kata terakhirnya “aku benci kamu Farhan hari ini kita Putus” dan siap-siap saja orang tuamu dan kamu akan aku buat menderita selamanya.  
Itulah awal hancurnya kehidupan Farhan di karenakan ia harus merasakan kemarahan dari Juliana anak Bos orang tuanya dari wanita yang memutuskan dirinya, ayah Farhan  di berhentikan dari pekerjaannya hingga ia kehilngan pekerjaan dan farhanpun harus di keluarkan dari kampus di karenakan telah menjelekkan nama baik kampus dengan meniduri Juliana sebelum kejadian itu terjadi.  Farhan benar-benar marah, dan ia melimpahkan semua kemarahannya kepada Hafidah, karena Hafidahlah semuanya bermula. Hingga suatu hari iapun menyusun rencana untuk mencelakan Hafidah dan Hafizul .

Air mata itu.... membawa berkah.
Bak bagaikan orang yang kehilangan arah, tanpa tujuan, mudah tergoyahkan terkadang apapun akan di lakukan seseorang ketika ia sedang patah hati dan hal itu kini sedang di rasakan oleh wanita cantik nan anggun itu, Hati Hafidah benar-benar Hancur lelaki yang di anggap setia selama ini yang ia cintai ternyata telah melanggar janjinya, ia berjanji akan sabar menunggu Hafizul bercerai dengan dirinya namun apa yang terjadi Farhan mengingkari semuanya, kata-kata manis yang pernah di ucapkan Farhan bagaikan Racun yang sedang menjalar di pikiran Hafidah, ia benar-benar membenci Farhan.
Hafizul yang dari tadi memperhatikan istrinya yang cantik itu namun sedikit berubah expresi mimik wajahnya sedikit kecut di karenakan ia sedang menangis,  membuatnya penuh tanda tanya, ada apa gerangan yang terjadi  dengan dirimu Duhai dinda tercinta? Hal apa yang telah membuatmu meneteskan air mata? akan tetapi pertanyaan itu hanya bisa ia lakukan di dalam benaknya.
Tiga  hari lamanya ia menangis, merasa sedih membuat hati Hafizulpun turut merasakan apa yang sedang  di rasakan oleh Istri yang  sangat di cintainya itu, takut akan terjadi apa-apa terhadap istrinya Hafizulpun dengan sabar dan setianya setiap ada waktu luang  ketika mengajar ia menyempatkan diri pulang kerumah dan melihat istrinya dan itupun ia lakukan selama istrinya masih dalam kegundahan dan kesedihan.
 Tak pernah sedikitpun Hafidah mau menceritakan kepada siapapun apa yang sedang menimpanya, padahal ia ingin sekali bercerita kepada Ummi, Zaid dan juga Hafizul karena dirinya sangat memebutuhkan sosok seseorang yang mampu menjadi tempat mencurahkan rasa kemarahan dan kekesalannya. Namun  ia malu, malu karena  Ummi dan Zaid tidak boleh tahu selama ini orang yang ia cintai dan sayangi bukanlah Hafizul, dan jika bercerita dengan Hafizul Ia pun merasa malu di karenakan sudah beberapa kali ia menyakiti perasaan Hafizul hanya di karenakan ia lebih mementingkan perasaaan dirinya terhadap Farhan dari pada perasaannya terhadap suaminya itu,  terkadang ia  melebih-lebikan nama Farhan ketika di hadapan Hafizul.   
Air mata itu takkan dapat membohongi semuanya, apalagi Hafizul ia sangat mengerti apa yang sedang terjadi namun ia berpura-pura tidak tahu, yang terpenting sekarang bagaimana istrinya mau menceritakan perihal kesedihan pada dirinya, sebab istrinya pasti sangat membutuhkan seseorang teman untuk menjadi tempat curahan kepedihannya,    hingga suatu malam Hafizulpun memberanikan diri untuk mendekati dan duduk di samping Hafidah.
De’ apa gerangan yang terjadi pada dirimu?? Tanya Hafizul.
Namun hafidah tetap tidak mau bercerita dia hanya diam dan menangis, satu hal pikir Hafizul waktu itu Hafidah tidak mengusir dirinya ketika ia duduk di samping Hafidah sehingga ia leluasa untuk sedikit berlama-lama duduk di samping Istrinya.
De’ apa gerangan yang terjadi pada dirimu, ceritakanlah pada mas, mas janji akan tetap merahasiakan ini semua dari siapapun termasuk ummi dan zaid??? Kembali hafizul bertanya.
Mendengar janji yang di ucapakan Hafizul hingga akhirnya, Hafidah mau sedikit berbicara.
Mas Hafizul...! Hafidah menangis sambil memeluk Hafizul.
Melihat situasi itu, Hafizulpun merasa senang itu tandanya  Hafidah akan mau memberikan respon yang  baik dan menceritakan semua rasa yang ingin ia utarakan selama beberapa ini.
Ceritakanlah de’ percaya sama mas, janji mana yang mas tidak pernah tepati???
Dan akhirnya Hafidahpun mulai terbuka kepada Hafizul, ia mau menceritakan permasalahan yang di hadapinya kepada suaminya itu, sambil terisak tangis Hafidahpun terkadang memukuli pundak Hafizul sebagai tanda  kemarahannya namun Hafizulpun dengan senyum manis menerima pukulan itu karena ia merasa pukulan istrinya di pundak tersebut adalah pukulan rasa cinta yang akan mereka tanam bersama-sama kelak.
Malam itu adalah malam yang penuh berkah bagi Makhluk Tuhan yang bernaung di dalam sejarah cinta mengukir kasih di dalam bayangan Rembulan Malam,  dan bahkan alampun turut serta merasakan kebaikan di malam itu. malam yang penuh berkah dan akan selamanya menjadi sejarah malam yang takkan terlupakan oleh Hafizul dan Hafidah.

Rencana Tuhan lebih baik....
“ sebaik-baik rencana manusia namun rencana Tuhanlah yang lebih baik”
Memang Tuhan itu selalu membuat sebuah skanario dari cerita makhluknya yang sulit untuk di tebak bahkan direka oleh siapapun, karena itulah rencana Tuhan lebih dahsyat dan hebat dari rencana mahkluk lainnya, setelah beberapa hari Hafizul dan Hafidah merangkul sebuah  kedekatan jalinan batin sebagai suami dan istri akan tetapi hati dan jiwa Hafidah belum sepenuhnya  membuka dan menerima Hafizul sebagai lelaki yang ia sangat Cintai dan sayangi, ia hanya menganggap Hafizul sebagai suaminya. Namun itulah kembali lagi kepada skanario Tuhan dan kita akan tunggu apa yang akan menjadi skanario Tuhan  selanjutnya.
Assalamualaikum....sapa Hafizul kepada  penjaga gerbang kampus.
Wa alaikum salam... wah selalu mengantar istrinya ya sekarang... penjaga gerbang menjawab salam Hafizul sambil melontarkan pertanyaan.
Ia pak....mari Pak...sambil tersenyum dan Hafizul berlalu.
Sesampainya di pintu Fakultas dakwah, Hafidah Turun dari kendaraan roda dua tersebut kemudian menyalami dan mencium tangan Hafizul layaknya seorang istri sholehah yang selalu menundukkan dirinya dan selalu menunjukkanrasa Hormatnya kepada sang suami.
Abi....ummi masuk dulu.!!! Sambil mengucapkan salam dan berlalu   
Ya Ummi semoga sukses kuliahnya!!! Dengan rasa bahagia dan tersenyum Hafizul memberikan isyarat dan do’a kepada istrinya.
Ketika sang istrinya masuk kepintu, Hafizul memanggil istrinya...
Ummi nanti Pulang jam berapa???
Jam 14.00... jawab Hafidah singkat.
Ya sudah nanti Abi jemput. Tawar Hafizul kepada istrinya.
Ya Abi.. Hafidahpun berlalu.
Sebuah kemesraan sepasang suami istri pagi itu membuat banyak sebagian mata mengirikan akan kemesraan mereka, apalagi Hafidah adalah bunga kampus yang sangat di inginkan pria manapun yang melihatnya. Sedangkan sosok Hafizul yang banyak sekali kekurangn dari Hafidah adalah sosok lelaki yang sangat beruntung bisa memiliki cinta Hafidah. Tidak hanya manusia yang saat itu mengirikan akan keindahan Hafidah namun  bunga-bunga yang bermekaran menjadi layu seketika, ketika ia melihat sosok wanita seperti Hafidah di karenakan Rasa malu mereka terhadap keindahan yang di miliki Hafidah.
Pukul 13.30, ternyata Hafizul telah datang di lobi Fakultas sambil duduk menunggu Hafidah  keluar dari ruangannya, di karenakan ia tidak ingin membuat Hafidah lama menunggu. Sedikit lelah menunggu  membuat Hafizul ingin membuang Hajatnya di Kamar kecil, seketika itu pula ia beranjak dari tempat duduk dan pergi.
 Ketika ia membuka pintu kamar mandi ternyata ia melihat Farhan dengan dua orang temannya, namun setelah Farhan sadar bahwa Hafizul berada di dekatnya iapun berlalu begitu saja dengan cepatnya bersama kedua sahabatnya tadi dan merekapun tidak nampak lagi dari bilik kamar mandi, memang penuh tanya kenapa ia berada di Fakultas Dakwah padahal Fakultas miliknya berada di Fakultas Ekonomi yang jaraknya sedikit jauh dari Fakultas Dakwah? Ah sudahlah tepis Hafizul pikirannya jauh-jauh.
Menyelesaikan Hajatnya iapun segera kembali ke ruang lobi Dakwah dan ternyata Hafidah sudah menunggi sejak satu menit yang lalu,
Afwan, Ummi sudah lama menunggu ya??? Tanya Hafizul.
Mendengar permintaan maaf sang suami dan sadar bahwa suaminya itu baru dari kamar mandi menjawab dengan sedikit tersenyum manis,
sekitar satu menitan Abi...sambil mencium tangan Hafizul.
Akhirnya merekapun berlalu dan kembali  ke Pondok Daarul Huffazd. Namun di balik perbincangan mereka ketika di perjalanan menuju rumah Hafidah meminta suaminya agar besok Ahad untuk mengantar dan menemaninya pada acara kegiatan jalan-jalan bersama satu organisasi PMIL. Dengan bersedia hati Hafizulpun menerima permintaan sang istri tercinta sambil tersenyum dan kemudian di balas dengan senyuman manis Hafidah yang akan membuat semua orang merasa tenang dan tentram bagi yang melihatnya dan bisa-bisa semua orang takkan mampu menguasai diri mereka ketika melihat senyuman manis itu.

****-----****
Ahad pagi setelah shalat shubuh bersiap-siaplah Hafidah dan Hafizul untuk pergi ke acara   Rihlah bersama organisasi PMIL. Sesampainya mereka di tempat tujuan, entah mengapa memang Hafidah bersih keras untuk mengajak  Hafizul agar  turut serta bersamanya ketika acara tersebut berlangsung. Hafidah seolah-olah tidak ingin suaminya itu jauh-jauh darinya, dan seolah-olah akan ada sesuatu yang akan terjadi pada dirinya, saat itu ia butuh orang yang bisa menyelamatkannya, orang yang mau berkorban demi dirinya.
Pada hari itu Hafidah tidak sadar akan ada sesuatu hal yang terjadi pada dirinya yang takkan terlupakan hingga akhir hayatnya, di mana dia akan benar-benar merasa jauh dari orang yang ia sayangi dan cintai, Dari orang yang telah membuatnya sadar akan siapa dirinya, dari orang yang memiliki hati yang mulia. Hafidah benar-benar tidak akan tahu kejadian yang akan menimpanya  hari itu membuat dirinya benar-benar jauh darinya bahkan tidak akan pernah lagi berjumpa dengannya untuk selama-lamanya. 


Flaying Fox......., kematian
“ Akhir dari segala cerita adalah musuh mati dan peran utama yang menang, namun sebuah kisah bisa berubah...”
Tak ubahnya pagi itu sungguh ramai seperti hari-hari biasanya yang selalu di padati oleh pengunjung,  di sebuah taman wisata lampung, semua orang memang biasanya memiliki kebiasaan untuk berlibur di hari senggang mereka, ada sekeluarga yang menggunakan mobil menuju suatu taman wisata sekedar menghilang rasa penat mereka dan sekedar berkumpul bersama keluarga kecil mereka, adapula yang hanya sepasang kekasih pergi berlibur  bak bagaikan pembuat dosa di tengah-tengah alam penciptaan Tuhannya,  adapula yang berombolan datang untuk menyelesaikan beberapa kegiatan atau tugas kampus mereka,  dan ada yang memang bersama-sama untuk menikmati keindahan alam bersama teman-teman sekampus mereka.
Hafidah dan Hafizul beserta Rombongan lainnya telah sampai di tempat Tujuan mereka yaitu sebuah taman wisata di mana mereka bisa melihat berbagai keindahan pegunungan dan keindahan wilayah lampung bagian selatan nan jauh di sana.  Berbagai permainan banyak di sugukan disana dan beberapa taman dan kolam pemandian panas yang di sediakan bagi para pengunjung wisata.
Salah satunya permainan yang akan di coba Oleh Hafidah dan beberapa temannya adalah Flaying Fox, permainan ini sangat di kenal dan sangat di sukai oleh para pengunjung termasuk Hafidah sangat sekali menyukai permainan yang membahayakan ini. Dengan ketinggian 200 m dan jarak tempuh 1000 km membuat suasana mencekam jika menaikinya, namun sangat berbeda bagi Hafidah di karenakan rasa ketertarikannya dan rasa sukanya ia ingin mencoba permainan tersebut  tanpa menghiraukan apapun termasuk larangan Hafizul karena ia merasakan akan ada sesuatu yang akan terjadi. Sempat Hafidah mencela nasehat suaminya dan berkata,
Kenapa Abi takut ya...sambil nada meremehkan Hafizul, hafizulpun terdiam.
Kini menunggu giliran  Hafidah yang akan menaiki Playing fox tersebut.  Berbeda dengan raut wajah Hafizul ia memang merasakan sesuatu yang aneh akan terjadi, apalagi ia tersadarkan oleh dua wajah orang yang sempat ia temui bersama Farhan satu hari   lalu yang sedang berdiri di dekat Hafidah dan sambil memasangkan peralatan permainan tersebut. Kembali lagi Hafizul menepis Prasangka itu dan melihat istrinya dari kejauhan.
Setelah beberapa menit Hafidah lepas landas dari Pos  pertama ia berdiri  menuju Pos ke dua yang jauh di seberang sana, tiba-tiba...
Tasssssssssssssssssssssss.....  Sesuatu berbunyi dari tali penahan yang menghubungkan Badan Hafidah kepada jalur tali penyebrangan Playing Fox,  dan seketika itupulah tali pengikat itupun terputus di tengah-tengah jalur penyebrangan  paling Fox. Semua mata akhirnya tertujuh kepada Hafidah dan tak luput mata Hafizulpun langsung tertujuh pada dirinya, dengan sedikit teriakan Hafidah meminta pertolongan sambil memegang tali jalur penyebrangan sehingga ia tidak langsung terjatuh.
Kedua orang yang awalnya tadi menjaga Pos pertama tiba-tiba saja berlari dan meninggalakan orang-orang yang sedang tertujuh kepada Hafidah dan penjaga lainnya hanya menunggu di pos kedua,  melihat hal itu Hafizulpun tak berfikir Panjang yang di benaknya hanya ada bagaimana ia segera menyelamatkan istrinya yang sedang  bergantungan dan berpegangan tanpa pengaman apapun di tengah-tengah sana, dengan sigapnya ia memasang sisa tali pengaman yang tergeletak di bawah pos pertama dan meminta satu orang agar lekas melepaskan pengaman mereka, seketika itupula Hafizul lepas landas dari pos pertama sambil membawa tali pengaman untuk Hafidah beberapa menit kemudian Hafizul pun mendekati dan memeluk istrinya yang sudah mulai lemas di karenakan kelelahan menahan beban  sirinya di tali jalur penyebrangan Playing Fox. Tanpa menunggu lagi Hafizul mencoba mengajak istrinya bisa bekerja sama agar bisa memasangkan tali pengaman yang telah di pegang Hafizul kepada istrinya. Dan dengan sekejap tali pengaman itu terpasangkan dengan baik,  Kini Hafidahpun bisa leluasa untuk menahan beban tubuhnya di tali jalur penyebrangan plyaing Fox tersebut.
Hafizul yang sejak dari tadi memeluk istrinya kini mulai melepaskannya, sebelum roda pengaman istrinya berjalan, Hafizul sempat meninggalkan sebuah pesan “sayang kamu duluan ya jangan tunggu aku, aku sayang dan cinta kamu ”i love you”. Sambil tersenyum Hafidah menatap suaminya yang sudah mulai berjarak jauh darinya, dan tiba-tiba saja...
Tasssssssssss.... kembali lagi bunyi suara tali pengaman putus dengan cepatnya,
Mas Hafizul,,,,,,,, teriak Hafidah seketika.
****___****
6 tahun kemudian...
Ummi, ummi menangis karena menceritakan kisah Abi ya??? Tanya Kholid.
Ya Zahrah,,, ummi sangat mencintai dan menyayangi Abi Kholid, sebagaimana ummi menyayangi dan mencintai diri Ummi, Abi takkan pernah tergantikan oleh siapapun di dalam hati Ummi. ( Hafidatun Millah Menangis sambil memeluk Kholid).
Ummi ceritakan lagi tentang Abi...! perintah Kholid kepada Umminya.
Kholid tidur ya sekarang.... ummi janji suatu saat akan menceritakan Abi Kholid...!
Sekian, nantikanlah kisah selanjutnya Rembulan malam ke-2...! wassalam..^_^



Penutup...
Assalamualaikum Wr.Wb
Ikhwati Fillah....
Setelah anda membaca Sepenggal kisah ini sudihlah kiranya antum wa atunna untuk memberikan sedikit ataupun banyak kritik atau sarannya demi kebaikan dan keindahan-keindahan karya-karya ana selanjutnya....
Salam Cinta Karena Allah....
Wassalamu alaikum Wr.Wb

Pengarang :Drs. K.H. Ahmad S.hum ( Aamiin )
Kontak : 085712157822/ 087818701313
Email : Umam_ahmad21@yahoo.com


[1] Bu mana Ayah?
[2] Ayahmu masih di kebun nak....mungkin sebentar lagi beliau Pulang...
[3] kapan menikah Hafizul?
[4] ya do’akan saja ada yang menghubungi meminta agar anaknya di lamar hehehehe.
[5] Yang penting jangan lupa undangannya ya hehehehe
[6] Udah yuk pulang sudah hampir satu jam loh kita ngobrol aku ada kerjaan di rumah...

[7] Kok tumben Ayah sama Ibu duduk di sini berdua....lagi ada yang mau di bahas ya...???
[8] Ya Nak ini masalah kamu??? Duduklah dulu sini!
[9] Masalah aku Bu?
[10] Iya....
[11] Jikalau boleh   tahu masalah apa Bu, kok ada sangkut pautnya dengan diriku?
[12] Nak sekarang umurmu sudah memasuki umur 28 dan beberapa bulan kedepan kamu akan menginjak umur 29, Ibu dan bapakmu ini sudah Tua kepingin melihat kamu menikah dan menggendong Cucu darimu, hanya kamu saja satu-satunya yang belum berumah tangga,  dan banyak sekali orang tua yang sudah datang kemari berharap anaknya bisa menikah denganmu, kapan kamu mau menikah nak??? Istri yang seperti apa yang kamu inginkan hingga pada akhirnya semua gadis yang datang kemari engkau Tolak semua???

[13] “ sabar ya Bu insyaAllah, Allah akan memberikan semuanya jalan yang terbaik buat Hafizul, Ibu dan ayah. Hafizul yakin Allah sudah pasti mempersiapkan Jodoh atau bidadari yang tepat buat Hafizul. Jadi ayah dan ibu tinggal sabar saja dulu sekarang beri hafizul kesempatan dulu untuk menanti sambil menjemput bidadari tercinta Hafizul.”

[14] Umak artinya ibu
[15]  Ba’ Artinya bapak
[16] Expresi wajah malas bergerak.
[17] Persatuan mahasiswa Islam Lampung ( PMIL ). Pemikiran gerakan ini terdengar sangat keras di kampus IAIN Raden Intan Lampung. ( nama organisasi samaran )

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak