6 – febuari - 2012. Sebuah kisah yang akan di mulai dari langkah
perjalanan seorang pecinta ilmu, yang akan mengemban amanah dakwah hingga akhir
hayatnya. Detik demi detik, jam demi jam hari demi hari dan tahun demi tahun
akan di laluinya, ya amanah yang akan benar-benar membawanya kepada tujuan
akhir di dalam hidupnya, yaitu sebuah titik kesuksesan meggampai ilmu sebagai
seorang pelajar di kota yogyakarta ini.
Semenjak awal ia menginjakkan kakinya di pulau jawa, pulau yang
memisahkan dirinya kepada orang-orang yang ia cintai, bermil-mil jauhnya ia
telah pergi dari kehidupan yang benar-benar berbeda dari kehidupan yang
sebelumnya. Kini ia berdiri di pulau jawa ini hanya dengan rasa keyakinan yang
ia miliki untuk menggapai sebuah kesuksesan. ia bingung kepada siapakah ia akan
menjalani hari-harinya tanpa seorangpun yang ia kenal, tak ada satupun orang
yang bisa ia percaya, hanya dengan modal keberanian dan tekatnyalah yang telah
membuatnya mampu pergi sejauh kakinya melangkah menuju pulau penuh dengan kebudayaan
dan memiliki adat istiadat yang kental hingga saat ini.
****
Allahu
Akbar, Allahu akbar................!
Suara azan shubuh telah membangun Abdurahman dari lelap tidurnya, tangannya
mengusap- usap matanya dalam keadaan
setengah sadar dan tidak, ia benar-benar mengantuk pagi itu di karenakan
semalaman suntuk ia bergadang berbagi cerita dengan teman-teman dan
seangkatannya adik-adik sekelasnya di sebuah gubuk kontrakan kecil.
Banyak sekali cerita yang tak jarang mengundang tawa bagi mereka,
apalagi di saat mereka bercerita tentang kehidupan yang pernah mereka lalui
ketika masih menyantri di Assalam. Tak jarang ada yang menangis pada malam itu
karena merindukan sebuah sinergi cinta di dalam merangkul mahligai kebahagiaan
ukhuwah.
Yaaa, itulah yang di rasakan oleh Abdurrahman, Basri, Abdul aziz
dan adik-adik yang lainya. Tak di sadari ternyata mereka telah jauh dari
masa-masa kebahagiaannya bersama para mujahidin –mujahidin Allah. Di mana
masa-masa seperti itu sulit akan mereka temukan pada kehidupan sekarang ini. Malam itu adalah
malam yang penuh dengan perenungan mendalam bagi para perindu ukhuwah di Dakwah,
kebahagiaan di dalam kehidupan bagi seorag santri adalah di kala ia telah
merindukan kebersamaan di dalam menapak kehidupan ini.
Tit
tit tit tit tit...
Sebuah
pesan di terima oleh Abdurrahaman dari salah satu seorang senior angkatan 2004,
pesan masuk dari Ihsanudin Mahfud
“ Assalamulaikum.... kaifa halukum
ikhwafillah...??? laa tansa lii tastaiddukum lii rihlatiin yaoumul godaan”[1].
Dengan
rasa ta’zim Abdurrahman pun membalas pesan tersebut dengan sebuah senyuman
manis.
Yaa
kak.... insya Allah siap!
Hati kecil Abdurrahman merasakan kebahagiaan yang sangat besar
sekali di karenakan inilah kesempatan baginya,
di mana ia akan bertemu kembali dengan orang-orang yang pernah ia
marahi, orang-orang yang ia pernah pukuli di saat ia masih menyantri di Assalam
dahulu....
***
6 - juni-2012...Pagi itu masih amatlah indah dengan gemerlapnya
lampu yang masih hidup di sebagian ruas jalan sebuah perumahan di dekat mandala
krida. Sebgaian sinar cahaya matahari telah hampir memenuhi setiap ruas-ruas
jalan perumahan tersebut, dan bunyi ayampun tidak begitu terdengar lagi, bahkan
sebagian orang-orang sudah melakukan aktivitasnya masing-masing. Tit tit tit
tit.... Pukul 07.00 sebuah sms masuk keponsel Abdurrahman .
“
ayoooo ada di mana udah pada kumpul nih di randik”
Haaaaaaaaaaaaaaaa....!
Teriak Abdurrahman setelah ia membaca pesan masuk pada hpnya, ternyata pagi itu
Abdurrahman kesiangan dan ia telat beberapa menit untuk kumpul di asrama
randik. Dengan bergegas dan keburu-buru ia berangkat menuju ke asrama, dengan
membawa sebuah ransel kecil yang sudah di persiapkannya dan berancang-ancang
menggunakan sebuah sepeda motor Abdurrahaman
memutar gas motornya dengan sekencang-kencangnya bak bagaikan sebuah Kangguru yang
berlari sekencang-kencangnya dari buruan seekor Srigala. Tak sadar Abdurrahman telah
sampai di asrama. Ternyata apa yang ternjadi???
( sensor
) hehehehe... ^_^
Tak
menyia-nyiakan waktu pukul 80.30 wib. Rombonganpun berangkat untuk menuju tempat yang telah di rencanakan
pada hari-hari sebelumnya yaitu Bukit Purba[2].
Dengan di kordinir oleh Mahfud Ihsanudin[3].
Perjalanan kali ini langsung di kordinir oleh beliau di karenakan ini adalah
salah satu program yang di kerjakan oleh seorang ketua di dalam merekatkan ukhuwah di antara Forsilam[1] selain
program yang di miliki oleh bagian Humas forsilam[2]
sendiri. Namun sebelum berangkat ketua Rombongan mengumpulkan mereka, sedikit
acara seremonial yang berisikan do’a perjalanan dan pesan yang di sampaikan
oleh beliau.
Assalamualaikum...wr.wb.
Tolong dengarkan baik-baik pesan sebelum kita berangkat, yaitu : “Latihlah
kekompakan kalian jangan saling tinggal meninggalkan selama kegiatan ini, kita
berangkat dengan lima belas motor dengan
berjumlahkan tiga puluh orang, maka pulangnya juga kita harus dengan junlah
yang sama tak ada satupun yang kurang, apabila ada yang satu bermasalah maka
semuanya harus bermasalah tanamkan diri kalian di dalam kegiatan ini bagaikan
tubuh yang apabila ada sabagian darinya ada yang sakit maka yang bagian lain
pun akan ikut merasakannya seperti
itulah ikatan sebuah ukhuwah”.
Setelah seremonial usai merekapun bergegas berangkat.
Perjalanan yang cukup melelahkan dengan berliku-likunya jalan dan berbagai
tikungan-tikungan tajam mereka lalui walaupun terbesit di dalam hati mereka rasa takut di karenakan setiap
ruas jalan memiliki tikungan yang cukup tajam, jurang yang dalam dan berbahaya.
Bahkan tak jarang ada sebagian pengendara mobil ataupun motor yang telah
menjadi korban di jalanan tersebut. Satu jam lebih mereka berada di atas
kendaraan dengan kecepatan 80-90 m/jamnya. Namun kecepatan itupun tak membuat
mereka bisa sampai pada tujuan dengan cepat di karenakan mereka harus menempuh
waktu tersebut sekitar 1 jam setengah lebih itupun jika memungkinkan perjalanan
tak ada hambatan sama sekali.
Perjalanan yang memang cukup melelahkan namun rasa itu tertepiskan
ketika telah mendekati tujuan Abdurrahman dan teman-teman Forsilam yang lainnya
terkesima dengan suasana di desa Ngelanggeran begitu indah dan sejuknya suasana
di desa tersebut. Hijau pepadianpun menjadi pelengkap menghiasi suasana hari
itu. Abdurrahman tertegun dan berucap dengan menyebut kalimatullah memuji-muji
akan kebesaran Allah ( Subahannallah Allahu Akbar).
Suasana
desa Ngelanggeranpun telah membuat Abdurrahman tak sadar jikalau ia sudah mendekati
pos pendakian Bukit Purba, ternyata Abdurrahman
baru menyadari jikalau rihlah kali ini adalah mendaki bukit yang cukup tinggi.
Namun tantangan tersebut tak menyurutkan mental Abdurrahman karena ia sadar ini
adalah sebuah tantangan yang harus ia lalui dan pasti semuanya akan bisa di
laluinya.
Akhirnya
dengan rasa semangat Abdurrahman tak sabar
lagi untuk mendaki bukit tersebut di karenakan ia penasaran apa yang
akan terjadi pada dirinya selama di perjalanan dan setelah sampai di atasnya.
Dan mungkin rasa tak sabar Abdurrahman
mungkin juga di miliki oleh rekan-rekan Forsilam lainnya namun saja terkadang
sebagian pemikiran mereka ada yang berbeda dengan yang di pikirkan oleh Abdurrahman.
Salah
satunya Indah, ia berharap jikalau sampai di atas nanti ia ingin memandang
sejauh-jauhnya, sejauh matanya menatap indahnya alam semesta ini, berbeda lagi
dengan Memey, Meta mereka berharap bisa merenungi akan penciptaan Tuhan yang
begitu indah, buat Fikri, Azza dan sebagian yang lainnya,,,, eksis lebih keren
tuh di atas...upss ( jangan tersinggung ini hanya fiksi hehehe )
Dengan
mengucapkan “Bismillah” dan beberapa do’a Abdurrahman dan rekan-rekan lain
mendaki bukit purba dengan di komandoi oleh Mahfud. Sebelum mendaki mereka
telah di bagi menjadi beberapa kelompok. Abdurrahman berkelompok dengan Fikri, Mahmud,
Intan, Gradus, Imron dan Taufik.
Setiap
satu kelompok hanya di bekali satu botol Aqua besar dan enam bungkus makanan
untuk tujuh orang setiap kelompoknya. Setiap langkah tentunya akan menguras
beberapa mili ton tenaga yang di miliki setiap orang yang mendaki bukit
tersebut. Tak jarang ada sebagian peserta kelompok yang merasakan kelelahan
untuk melangkah, tepat jam dua belas lewat Abdurrahman dan anggota yang lainnya
mendaki kini sedikit demi sedikit rasa lelah itu telah menghinggapi langkah Abdurrahman
dan rekan-rekan sekelompoknya. Dan terjadilah hal-hal yang tak terduga-duga
ternyata salah satu anggota kelompok Abdurrahman kelelahan dan kemudian pingsan.
Akhirnya dengan kejadian tersebut perjalanan mereka harus di tunda sedangkan
untuk kelompok lainnya tetap melanjutkan langkah mereka.
Abdurrahman
dan anggota kelompok lainnya tetap menunggu hingga Intan sadar dari pingsannya
setelah satu jam lebih ia pingsan akhirnya iapun siuman, rasa legah dan
tenangpun menyelimuti hati Abdurrahman dan anggota kelompok lainya.
Kini
mereka melanjutkan langkah mereka, hari itu matahari benar-benar terik
mengiringi langkah mereka bertujuh, dengan berhati-hati pada langkah mereka di
setiap sela-sela berbatuan, sesekali mereka menyempatkan waktu untuk
beristirahat dan minum air yang masih sedikit. Namun sayangnya kali ini Abdurrahman
dan rekan sekelompoknya tak menyadari jikalau mereka telah salah langkah menuju
jalur yang berbeda, dengan perbekalan air yang sudah semakin menipis mereka
berada titik kepasrahan di sebabkan mereka telah tersesat dari jalan mereka.
Kebingungan dan rasa kekuatiranpun akhirnya menginggapi hati Abdurrahman dan
rekan sekelompoknya apalagi Abdurrahamn memiliki tanggung jawab penuh di dalam
kelompok tersebut.
Di saat hati mereka sudah penuh dengan isi keterpasrahan di
sebabkan mereka tak tahu harus memilih arah yang mana akhirnya Allahpun
memberikan pertolongannya kepada mereka Allah berfirman dalam al-qur'an “
Tolonglah agama Allah maka Allah akan menolongmu[1]”.
Inilah janji Allah di saat hambanya sedang kebingungan di dalam mengatasi
kehidupannya Allahpun akan menolongnya. Dan inilah menjadi alasan Allah
menolong Abdurrahman dan santri Assalam yang lainnya di saat mereka tersesat di
hutan Bukit Purba desa Ngelanggeran karena mereka adalah para penolong agama
Allah.
Akhirnyapun
Abdurrahman dan rekan sekelompoknya bertemu dengan kelompok yang lainnya yang
telah menanti mereka di Beskem Perkemahan. Setelah istirahat beberapa menit Abdurrahman
dan lainnya berangkat menuju kepuncak yang tak jauh dari beskem perkemahan
sekitar satu kilo jaraknya mereka harus mendaki untuk melihat panorama indahnya
bukit purba Negelanggeran di sore hari.
Sesampainya
mereka di atas bukit decak kagumpun terucap di setiap bibir mereka, tak luput
bibir Abdurrahmanpun mengucapkan decap kagum akan ke indahan penciptaan sang
Illahi dzat yang maha menciptakan segala sesuatu....dan gema cintapun tumbuh di
hati Abdurrahman dan yang lainnya kepada sang Khalik semakin mendalam di dalam
hati mereka.!
“Inilah kisah yang mungkin tak akan terlupakan oleh
sebagian para pencinta Allah yang hanya ingin merenungkan di setiap penciptaan
Tuhannya, dengan bersama-sama melngkah,berdakwah, perjuangan tak satupun untuk
saling sakit menyakiti ataupun untuk saling berpecah belah, hanya dengan
bersama-sama merenungi penciptaan Tuhanmulah maka ukhuwah di dalam berdakwah
akan tercipta dan kokoh untuk waktu yang lama”.
Sekian..........!
Forsilam yogyakarta, senin. 10- juni- 2013
By : Drs, kyai H. Ahmad alhafidz. Lc, s. Hum .....
[1] Forsilam adalah singkatan dari Forum
Silaturrahmi Santri Pon-Pes Assalam
[2] Humas Forsilam kepanjangan dari Hubungan
masyarakat adalah salah satu bagian dari struktur di dalam organsasi forsilam di yogyakarta.